
Institut Binamadani Indonesia bekerja sama dengan Madrasah Aliyah (MA) Al Masfuriyah menggelar Seminar Integratif bertema “Integrasi Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) dengan Pendekatan Deep Learning”, pada kamis lalu di Aula MA Al Masfuriyah (24/07/2025). Kegiatan ini menghadirkan para guru MA Al Masfuriyah sebagai peserta utama, dengan tujuan mendorong transformasi pendidikan yang menyentuh dimensi hati dan mendalam secara kognitif.

Seminar ini menghadirkan dua narasumber kompeten di bidangnya. Dr. Umar Samsudin, M.S.I, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Binamadani Indonesia, membahas secara mendalam konsep Kurikulum Berbasis Cinta (KBC), sebuah pendekatan pendidikan yang kini tengah digaungkan oleh Menteri Agama Republik Indonesia sebagai arus baru dalam pengembangan karakter peserta didik. Sementara itu, Ferdinal Lafendry, M.M., M.A., yang merupakan Dosen Institut Binamadani sekaligus Konsultan Pendidikan dan Fasilitator Deep Learning Provinsi Banten, mengupas tuntas penerapan pendekatan Deep Learning dalam proses belajar mengajar.
Dalam paparannya, Dr. Umar menekankan bahwa Kurikulum Berbasis Cinta merupakan ikhtiar untuk menempatkan aspek kasih sayang, empati, dan ketulusan sebagai fondasi utama dalam proses pembelajaran. “Kurikulum ini bukan hanya bicara tentang kognisi, tetapi juga afeksi. Ia mengubah wajah pendidikan menjadi lebih manusiawi,” ungkapnya. Ia menambahkan bahwa pendekatan ini sangat relevan dengan tantangan pendidikan saat ini yang sering kali terlalu fokus pada capaian angka semata.

Lebih lanjut, Dr. Umar menyinggung peran guru sebagai agen cinta yang mampu menciptakan ruang kelas yang aman, hangat, dan inklusif. Menurutnya, guru harus menjadi teladan dalam membangun relasi positif dengan peserta didik, sehingga nilai-nilai spiritual dan moral tidak hanya diajarkan, tetapi juga dirasakan secara nyata dalam interaksi harian.

Sementara itu, Ferdinal Lafendry menjelaskan bahwa Deep Learning merupakan pendekatan pembelajaran yang mengajak siswa berpikir secara mendalam, reflektif, dan kritis. Ia menegaskan bahwa pendekatan ini tidak sekadar menyampaikan materi, tetapi lebih kepada membangun makna, keterhubungan, dan aplikasi nilai dalam kehidupan nyata. “Deep Learning menuntut guru untuk mengintegrasikan konteks, pengalaman, dan nilai-nilai dalam setiap proses belajar,” ujar Ferdinal.
Ferdinal juga menyampaikan bahwa integrasi antara Kurikulum Berbasis Cinta dan Deep Learning dapat menjadi strategi ampuh untuk menciptakan pendidikan yang utuh. “Cinta adalah landasan, dan pemikiran mendalam adalah penguat. Jika keduanya disatukan, maka hasil pendidikan bukan hanya output akademik, tetapi juga kualitas manusia yang utuh,” tambahnya.

Para peserta seminar, yang merupakan para guru MA Al Masfuriyah, terlihat antusias mengikuti jalannya kegiatan. Banyak dari mereka mengaku mendapatkan perspektif baru mengenai bagaimana mengelola pembelajaran yang menyentuh hati sekaligus merangsang daya nalar siswa. Seminar ini diakhiri dengan diskusi interaktif yang membahas praktik konkret penerapan KBC dan Deep Learning di kelas.

Kegiatan ini menandai komitmen Institut Binamadani Indonesia dan MA Al Masfuriyah dalam menghadirkan model pendidikan yang relevan, adaptif, dan berpihak pada kemanusiaan. Melalui sinergi pemikiran dan praktik, diharapkan akan lahir guru-guru transformasional yang menjadi jembatan bagi generasi mendatang untuk tumbuh secara utuh—dengan cinta dan pemikiran yang dalam.