Kontroversi Film Bidaah : Menelaah Penyelewengan Agama

Jagat Perfilm’an ASEAN Kembali di hebohkan dengan Kemunculan Serial Drama Kontroversi dari Negeri Jiran. Film yang menyoroti tentang Tokoh Agama ini sontak menimbulkan berbagai reaksi, khususnya untuk Penikmat Perfilm’an dari Indonesia.

“Bidaah” adalah serial drama Malaysia yang mengisahkan tentang Walid Muhammad, pemimpin sekte fiktif bernama Jihad Ummah. Serial ini menyoroti penyalahgunaan ajaran agama untuk kepentingan pribadi, termasuk manipulasi spiritual, pernikahan paksa, dan eksploitasi seksual terhadap pengikutnya. Karakter Walid digambarkan sebagai sosok karismatik yang menggunakan simbol-simbol keagamaan untuk membenarkan tindakan menyimpangnya.​

Sumber Gambar TV One
Sumber Gambar Tempo

Serial ini telah mencapai lebih dari 1 miliar penayangan di platform streaming Viu dan menjadi viral di media sosial, terutama di Indonesia. Popularitasnya dipicu oleh kemiripan cerita dengan kasus-kasus nyata penyalahgunaan agama oleh tokoh spiritual di Asia Tenggara. ​
Instagram

“Bidaah” menuai kontroversi karena dianggap menyinggung sensitivitas agama. Beberapa kelompok, seperti Laskar Aswaja Aceh, mengecam serial ini karena dinilai merusak citra Islam dan ulama. Namun, banyak netizen dan pengamat budaya melihatnya sebagai kritik sosial terhadap penyalahgunaan agama oleh oknum tertentu. Serial ini dianggap sebagai pengingat akan pentingnya kewaspadaan terhadap praktik keagamaan yang menyimpang.

Di Indonesia, kasus-kasus penyalahgunaan agama oleh tokoh spiritual bukan hal baru. Contohnya, kasus Negara Islam Indonesia (NII) yang menjadi kritik terhadap tokoh agama yang menyalahgunakan ajaran Islam untuk kepentingan pribadi. Lalu Kasus – kasus yang terjadi pada didalam sekup Lembaga Pendidikan Islam yang mendapat sorotan sangat tajam terkait aksi tidak senonoh yang dilakukan oleh Oknum di lingkungan Pendidikan Islam, dan masih banyak lagi. Serial “Bidaah” mencerminkan realitas ini, mengingatkan masyarakat akan bahaya manipulasi agama oleh individu yang tidak bertanggung jawab.​

Beberapa tokoh Islam di Indonesia memberikan pandangan beragam terhadap serial ini. Dilansir dalam laman dailymailindonesia.com Tgk. Umar Rafsanjani menilai “Bidaah” menyesatkan dan merusak citra Islam karena menggambarkan ajaran Islam secara keliru “Alih-alih mendidik, film ini justru menyesatkan pemahaman tentang Islam dan dapat merusak citra ulama. Jangan sampai tontonan semacam ini menjadi alat bagi pihak tertentu untuk menyerang Isla” Tegasnya (19/03/2025). Ia juga menambahkan bahwa Sutradara seharusnya meminta Nasihat kepada Ulama atau Mufti sebelum memproduksi film semacam ini, bahkan ia juga menyerukan agar umat islam bersuara atas film ini. ““Jika film ini terus beredar dalam bentuk yang menyesatkan, umat Islam harus bersuara. Jangan biarkan tontonan semacam ini merusak pemahaman akidah dan menciptakan fitnah terhadap ulama serta ajaran Islam” tutupnya.

Sumber Gambar Serambi News

Perilaku tercela oleh tokoh agama, seperti penyalahgunaan kekuasaan dan manipulasi spiritual, merusak citra Islam dari dalam. Fenomena ini menimbulkan krisis kepercayaan terhadap institusi keagamaan. Serial “Bidaah” menjadi cermin bagi masyarakat untuk lebih kritis terhadap ajaran dan praktik keagamaan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam yang sebenarnya. Organisasi Islam seperti Nahdlatul Ulama (NU) menekankan pentingnya kritik yang konstruktif dan tidak mencaci, sesuai dengan prinsip amar makruf nahi mungkar.

Sumber Gambar Tempo

​Hingga pertengahan April 2025, belum terdapat pernyataan resmi dari organisasi besar seperti Nahdlatul Ulama (NU) ataupun Muhammadiyah terkait serial drama Malaysia Bidaah yang tengah viral. Namun, beberapa tokoh agama di Indonesia telah menyampaikan pandangan mereka terhadap serial tersebut, baik secara langsung maupun melalui media sosial.

Serial “Bidaah” bukan sekadar hiburan, tetapi juga sarana refleksi atas realitas penyalahgunaan agama oleh oknum tertentu. Kontroversi yang ditimbulkan mengingatkan pentingnya pendidikan agama yang benar dan kewaspadaan terhadap praktik keagamaan yang menyimpang. Masyarakat diharapkan dapat mengambil pelajaran dari serial ini untuk memperkuat keimanan dan menjaga kemurnian ajaran Islam.

Kritik yang didasari atas Kegelisahan ini tentunya harus mendapat Perhatian khusus utamanya bagi Kalangan yang menggunakan Simbol – simbol agama sebagai tameng demi kepentingan individual. Kritik yang merupakan bagian dari Pembangunan dalam Moderasi Beragama ini tentu tidak perlu di tanggapi sebagai unsur negatif, namun utamanya merupakan sarana evaluasi atas Oknum – oknum yang justru membawa Islam kedalam Jurang Kesesatan dan Keterbelakangan. Faktor semacam ini memerlukan keterbukaan dan ke “Legowo”an bagi para Tokoh ataupun Cendikiawan Islam untuk dapat bebenah demi mengembalikan Islam Koridor utama, yakni Rahmatal lil

Sumber Gambar BBC