
Saat anak terlihat malas belajar, bisa jadi bukan karena dia tidak mau, tapi karena ada sesuatu yang menghambatnya. Tak sedikit orang tua mengeluhkan anak yang terlihat malas belajar. Buku dibiarkan terbuka tanpa dibaca, tugas yang diberika Guru menumpuk, dan suara ajakan belajar sering kali dibalas dengan keluhan.
Di tengah tekanan sistem pendidikan yang semakin kompetitif, kekawatiran pun wajar muncul. Namun, memarahi atau menekan anak justru bisa memperburuk keadaan. Alih-alih, pendekatan yang positif, empatik, dan membangun adalah kunci untuk mengembalikan semangat belajar anak.


Tahap awal, sediakan Lingkungan Belajar yang Kondusif. Suasana belajar sangat dipengaruhi lingkungan. Pastikan anak memiliki ruang belajar yang tenang, rapi, dan bebas distraksi. Libatkan anak dalam menatanya, agar ia merasa nyaman dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap ruang tersebut. Buat juga jadwal belajar yang teratur, namun fleksibel. Jadikan anak sebagai bagian dari proses penyusunan jadwal, agar ia tidak merasa diperintah.
Selanjutnya, gali Motivasi dari Dalam Diri Anak. Alih-alih menilai anak sebagai pemalas, coba pahami akar dari sikap tersebut. Bisa jadi ia merasa bosan, tidak percaya diri, atau kesulitan memahami materi. Di sinilah pentingnya berdialog dari hati ke hati. Hindari bagi orang tua suka mebandingkan, karena akan berakibat minder. Berilah semangat, maka akan termotivasi anak mau belajar. Mengaitkan materi pelajaran dengan minat anak bisa menjadi jembatan yang efektif. Gunakan pendekatan kreatif seperti permainan edukatif atau aplikasi interaktif.

Disisi yang sama, kita juga perlu Terlibat Secara Aktif. Peran orang tua tidak hanya sebagai pengawas, tetapi juga sebagai mitra belajar. Luangkan waktu untuk menemani anak belajar, walau hanya sebentar. Tunjukkan bahwa proses belajar itu menyenangkan. Anak-anak belajar banyak dari meniru, Jika orang tua terlihat menikmati proses belajar, anak akan ikut terbawa antusias. Komunikasi rutin dengan guru juga membantu orang tua memahami kebutuhan anak secara lebih utuh.
Faktor lain, kita perlu Hindari Sikap yang Melemahkan Semangat. Membandingkan anak dengan orang lain, memberi tekanan berlebih, atau mengomentari kekurangannya secara terus-menerus adalah pola yang harus dihindari. Setiap anak tumbuh dengan kecepatannya sendiri. Sebaliknya, berikan apresiasi atas usaha yang ditunjukkan, sekecil apa pun itu. Fokus pada kemajuan, bukan kesempurnaan.
Tahap akhir ialah Sabar dan Konsisten. Perubahan sikap anak tak terjadi sekejap. Dibutuhkan konsistensi dalam mendampingi, serta kesabaran dalam menghadapi naik turunnya semangat belajar. Jika perlu, libatkan tenaga profesional seperti konselor atau psikolog anak. Anak yang terlihat malas belum tentu tak punya potensi. Kadang, mereka hanya butuh waktu, perhatian, dan pendekatan yang tepat.
Nabi mengajarkan Do’a agar terhindar dari sikap malas.
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ….
Artinya :
“Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari rasa malas “
Penulis : DR. H.M. Suaidi, M.Ag.
