
Yang abadi dalam kehidupan adalah Perubahan, dan perubahan dalam dunia pendidikan adalah sebuah keniscayaan yang harus direspons dengan bijak oleh para Guru. Dalam konteks implementasi Kurikulum Merdeka, pendekatan deep learning hadir sebagai strategi pembelajaran yang menitikberatkan pada pemahaman yang mendalam, kemampuan berpikir kritis, dan pelibatan aktif peserta didik dalam proses belajar. Sebagai guru, Kita melihat bahwa pendekatan ini sejalan dengan kebutuhan zaman dan mampu menjawab tantangan pendidikan masa kini yang tidak lagi hanya berfokus pada penguasaan konten, tetapi juga pada pembentukan karakter dan kompetensi esensial abad ke-21.

Pendekatan deep learning sebagai salah satu strategi yang sangat relevan dan mendukung esensi Kurikulum Merdeka. Pendekatan ini mendorong untuk tidak hanya fokus pada penyampaian materi, tetapi juga menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, rasa ingin tahu, dan pemahaman yang mendalam pada diri peserta didik. Dalam praktiknya, deep learning membuat proses pembelajaran menjadi lebih hidup, kontekstual, dan bermakna, karena murid diajak untuk terlibat aktif, mengeksplorasi, serta merefleksikan pembelajaran yang mereka alami. Tidak jarang Kita mendapati bahwa peserta didik menunjukkan antusiasme yang lebih tinggi saat pembelajaran dikaitkan dengan realitas di sekitar mereka dan ketika mereka diberi kesempatan untuk menyampaikan gagasan secara terbuka.
Pendekatan deep learning juga menuntut Guru untuk melakukan transformasi dalam merancang pembelajaran. Guru harus mampu menciptakan pengalaman belajar yang menantang, menginspirasi, dan relevan dengan kehidupan nyata peserta didik. Tidak cukup hanya dengan menjelaskan konsep di papan tulis, Kita perlu mengaitkan materi pelajaran dengan konteks sehari-hari, memberikan ruang untuk diskusi, kolaborasi, dan eksplorasi, serta membiasakan murid untuk berpikir reflektif. Hal ini menjadikan peran guru lebih dari sekadar pengajar; guru menjadi fasilitator, pembimbing, dan mitra belajar bagi siswa. Tantangan ini memang tidak mudah, tetapi sejalan dengan semangat merdeka belajar yang menghargai proses dan mendorong kemandirian peserta didik.

Melalui pendekatan ini pula, Kita menyadari bahwa setiap siswa memiliki gaya belajar, potensi, dan minat yang unik. Deep learning memberikan ruang diferensiasi dalam pembelajaran, memungkinkan Kita untuk menyesuaikan strategi dengan kebutuhan individu murid. Dengan demikian, pembelajaran menjadi lebih inklusif dan menghargai keberagaman, sekaligus mendorong murid untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kapasitas dan keunikan masing-masing. Guru juga melihat bahwa penerapan asesmen formatif dan reflektif sangat membantu dalam memahami sejauh mana proses berpikir murid berkembang, bukan semata-mata berfokus pada hasil akhir atau nilai ujian.

Karena itu, kita harus meyakini bahwa penerapan deep learning bukan hanya mendukung implementasi Kurikulum Merdeka, tetapi juga memperkuat kualitas pendidikan secara keseluruhan. Jika diterapkan secara konsisten dan berkesinambungan, pendekatan ini mampu mencetak generasi pembelajar sejati yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga adaptif, kolaboratif, dan siap menghadapi tantangan masa depan. Sebagai guru, merasa tergerak untuk terus belajar, berinovasi, dan berkembang demi memberikan pembelajaran terbaik bagi peserta didik di era yang terus berubah ini. Dalam deep learning, guru menemukan harapan baru bahwa pendidikan Indonesia sedang bergerak ke arah yang lebih bermakna, berpihak pada siswa, dan siap menyiapkan generasi masa depan yang unggul dan berdaya saing global.
Secara teoritis, penerapan pendekatan deep learning dalam Kurikulum Merdeka sejalan dengan teori konstruktivisme yang menekankan pembelajaran sebagai proses aktif membangun pengetahuan melalui pengalaman. Deep learning memfasilitasi terbentuknya higher-order thinking skills (HOTS), kolaborasi, dan keterampilan adaptif yang merupakan kompetensi kunci abad ke-21. Dengan mengintegrasikan konteks nyata, diferensiasi pembelajaran, serta asesmen formatif, pendekatan ini mampu menciptakan lingkungan belajar yang berpusat pada peserta didik (student-centered learning). Hal ini membuktikan bahwa deep learning bukan sekadar metode, melainkan kerangka pedagogis yang memperkuat esensi merdeka belajar dan mengarahkan pendidikan menuju pembentukan karakter, kompetensi, dan daya saing global.
Oleh : Dr. H. M. Su’aidi, M.Ag
